ADA GUDEG ENJOS, AYAM BAKAR ENJOS, BIR JAWA, REMPEYEK BRANTAK MEMANG ENJOS GANDOS RENYAHNYA
Bekasi, kelanakuliner.com
Jalan utama Durenjaya 10 meter dari pintu gerbang timur Perumahan Durenjaya kini hadir warung makan yang berkonsep lesehan dan saung sekaligus bagi keluarga yang tinggal di daerah sekitar Bekasi Timur. Namun menurut Herlan justru pasar anak muda lah yang sering mengadakan acara kumpul-kumpul seperti buka puasa bersama, reuni sekolah dan halal bil halal di warung makan sederhana yang mampu memuat 40 orang pengunjung ini dalam satu tempat.
Pada saat bulan puasa kemarin saja sering sekali tempatnya ini Warung Makan Enjang Sonten dipakai untuk acara berbuka puasa bersama oleh siswa-siswa sekolah yang ada di wilayah Durenjaya. Mereka umumnya memilih karena pilihan makanan yang cukup beragam dan minuman uniknya Bir Jawa, namun harganya begitu terjangkau dengan uang saku mereka. Secara tidak sadar, Herlan Perisa, merasakan bahwa warungn ya kini semakin menjadi tujuan anak-anak sekolah untuk tempat berkumpul, jelasnya sambil tersenyum dan menawarkan saya untuk menikmati sajian utama khas Warung Makan Enjang Sonten berupa minuman Teh Poci dengan Gula Batu. Hmmmm.... dingin-dingin minum teh hangat manis dari poci memang nyeruput banget alias ENJOS buanget!
Pak Heri sendiri, ayah dari Herlan, termasuk orang yang gemar berwisata kuliner. Bahkan sempat karena hobinya mencicipi makanan enak, dirinya terkena penyakit stroke. Ajaibnya dia masih punya kesempatan sembuh setelah mencoba berobat kepada Prof Hembing dan juga dokter kepresidenan ahli syaraf.
Pengalaman penderitaan sakitnya itu tidak membuatnya surut dan putus asa terhadap dunia kuliner, bahkan ia mendorong istri dan anaknya untuk tetap membuka usaha warung makan sederhana Enjang Sonten, yang dalam bahasa Jawa artinya Pagi Sore. Warung Makan Enjang Sonten memang direncanakan buka mulai pagi hari hingga sore hari. Namun semenjak setelah lebaran, keluarga pak heri ini kekurangan bantuan tenaga kerja, karena sang karyawan belum juga kembali semenjak lebaran. Satu masalah klasik bila menggunakan tenaga kerja dari kampung dan masih ada hubungan saudara.
Terlepas dari itu semua, penilaian saya terhadap kualitas produk agak sedikit beda dari biasanya. Karena kali ini makanan yang saya mau cicipi saya bawa pulang dan nikmati bersama istri dan anak saya, kemudian saya meminta komentar mereka. Istri saya bilang bahwa gudegnya termasuk gudeg yang biasa dia jumpai saat di Jogja. Tidak seperti kebanyakan gudeg di luar Jogja, yang umumnya manisnya lebih dominan, untuk Gudeg dari Warung Enjang Sonten memang sedikit agak gurih di samping manisnya yang terasa.
Saya pun memaklumi itu, karena sebelumnya sang koki, ibu Lani memaparkan bahwa gudeg buatannya itu direbus dengan kaldu ayam dari ayam bakar yang dibuatnya sebagai lauk gudeg. Bagi sebagian orang awam Gudeg Enjos demikian nama yang diberikan oleh pak Heri sang pemilik, kepada usaha istri dan anaknya ini, sangat istimewa. Baru mencium baunya saja Gudeg Enjos dan Ayam Bakar Enjos memang luar biasa wangi dan harum. Karena itulah penamaan Enjos sengaja diberikan buat merk dagang jualan mereka, di samping Enjos sendiri bisa berarti singkatan dari nama Enjang Sonten.
Ada satu lagi lauk tambahan namun sangat istimewa, yaitu peyek khas Jogja ala Warung Makan Enjang Sonten. Jangan heran kalau Peyek buatan ibu Lani pernah dipesan secara khusus oleh Gubernur Sumatera Utara hingga 6 toples plastik ukuran besar senilai 500 ribu rupiah. Huwaduh....! Kalau makanan khas Jawa sampai begitu digemari oleh orang Sumatera Utara apalagi melayu, berarti peyek buatan ibu Lani ini memang perlu dipertimbangkan. Apalagi melihat namanya yang unik Peyek atau Rempeyek Brantak. Pasti Anda dibikin ketagihan dengan kerenyahannya, membuat lidah Anda terasa brantakan (hehehehe! Saking enaknya loh).
Ada lagi minuman istimewa yang ternyata sangat digemari oleh kalangan muda khususnya remaja pelajar SMP dan SMA di wilayah Durenjaya, yakni Bir Jawa. Apakah Bir Jawa bisa jadi minuman favorit remaja di luar Bekasi di kemudian hari. Sedangkan Bir Jawa sendiri adalah minuman khas istana kraton Jogja. Minuman favorit Sultan ini sebenarnya adalah minuman yang diramu dari rempah-rempah khusus yang menghangatkan badan dan terasa manis serta pedas yang cukup nikmat apalagi bila diminum malam dingin. Anda tertarik? Tak usah kuatir walaupun namanya Bir Jawa, tapi minuman ini halal, karena sejatinya ia adalah jamu rempah khas Keraton Jogja.
Tertarik menikmati gudeg dan ayam bakar istimewa ala Warung Makan Enjang Sonten ditambah peyek renyah Jogjanya Rempeyek Brantak atau dengan minuman Bir Jawa dan Teh Poci Gula Batu? Kunjungi saja warungnya di jalan utama Perum Durenjaya, dan reservasi telepon di no. (021) 9565.4868 atau di (021) 9346.1965.
Sidik Rizal
Bekasi, kelanakuliner.com
Jalan utama Durenjaya 10 meter dari pintu gerbang timur Perumahan Durenjaya kini hadir warung makan yang berkonsep lesehan dan saung sekaligus bagi keluarga yang tinggal di daerah sekitar Bekasi Timur. Namun menurut Herlan justru pasar anak muda lah yang sering mengadakan acara kumpul-kumpul seperti buka puasa bersama, reuni sekolah dan halal bil halal di warung makan sederhana yang mampu memuat 40 orang pengunjung ini dalam satu tempat.
Pada saat bulan puasa kemarin saja sering sekali tempatnya ini Warung Makan Enjang Sonten dipakai untuk acara berbuka puasa bersama oleh siswa-siswa sekolah yang ada di wilayah Durenjaya. Mereka umumnya memilih karena pilihan makanan yang cukup beragam dan minuman uniknya Bir Jawa, namun harganya begitu terjangkau dengan uang saku mereka. Secara tidak sadar, Herlan Perisa, merasakan bahwa warungn ya kini semakin menjadi tujuan anak-anak sekolah untuk tempat berkumpul, jelasnya sambil tersenyum dan menawarkan saya untuk menikmati sajian utama khas Warung Makan Enjang Sonten berupa minuman Teh Poci dengan Gula Batu. Hmmmm.... dingin-dingin minum teh hangat manis dari poci memang nyeruput banget alias ENJOS buanget!
Suasana yang terbentuk dari desain bangunan bergaya saung semi modern ini memang cukup asyik buat nongkrong, terutama anak muda yang memang mempertimbangkan lokasi tak jauh dari sekolah mereka tentunya. Sepertinya target pasar anak sekolah sudah terbentuk di warung makan Enjang Sonten, dan sang pemilik pak Heri dan ibu Lani semakin bersemangat melanjutkan usaha warung ini setelah belasan tahun bergelut di bidang usaha catering.
Pak Heri sendiri, ayah dari Herlan, termasuk orang yang gemar berwisata kuliner. Bahkan sempat karena hobinya mencicipi makanan enak, dirinya terkena penyakit stroke. Ajaibnya dia masih punya kesempatan sembuh setelah mencoba berobat kepada Prof Hembing dan juga dokter kepresidenan ahli syaraf.
Pengalaman penderitaan sakitnya itu tidak membuatnya surut dan putus asa terhadap dunia kuliner, bahkan ia mendorong istri dan anaknya untuk tetap membuka usaha warung makan sederhana Enjang Sonten, yang dalam bahasa Jawa artinya Pagi Sore. Warung Makan Enjang Sonten memang direncanakan buka mulai pagi hari hingga sore hari. Namun semenjak setelah lebaran, keluarga pak heri ini kekurangan bantuan tenaga kerja, karena sang karyawan belum juga kembali semenjak lebaran. Satu masalah klasik bila menggunakan tenaga kerja dari kampung dan masih ada hubungan saudara.
Terlepas dari itu semua, penilaian saya terhadap kualitas produk agak sedikit beda dari biasanya. Karena kali ini makanan yang saya mau cicipi saya bawa pulang dan nikmati bersama istri dan anak saya, kemudian saya meminta komentar mereka. Istri saya bilang bahwa gudegnya termasuk gudeg yang biasa dia jumpai saat di Jogja. Tidak seperti kebanyakan gudeg di luar Jogja, yang umumnya manisnya lebih dominan, untuk Gudeg dari Warung Enjang Sonten memang sedikit agak gurih di samping manisnya yang terasa.
Saya pun memaklumi itu, karena sebelumnya sang koki, ibu Lani memaparkan bahwa gudeg buatannya itu direbus dengan kaldu ayam dari ayam bakar yang dibuatnya sebagai lauk gudeg. Bagi sebagian orang awam Gudeg Enjos demikian nama yang diberikan oleh pak Heri sang pemilik, kepada usaha istri dan anaknya ini, sangat istimewa. Baru mencium baunya saja Gudeg Enjos dan Ayam Bakar Enjos memang luar biasa wangi dan harum. Karena itulah penamaan Enjos sengaja diberikan buat merk dagang jualan mereka, di samping Enjos sendiri bisa berarti singkatan dari nama Enjang Sonten.
Ada satu lagi lauk tambahan namun sangat istimewa, yaitu peyek khas Jogja ala Warung Makan Enjang Sonten. Jangan heran kalau Peyek buatan ibu Lani pernah dipesan secara khusus oleh Gubernur Sumatera Utara hingga 6 toples plastik ukuran besar senilai 500 ribu rupiah. Huwaduh....! Kalau makanan khas Jawa sampai begitu digemari oleh orang Sumatera Utara apalagi melayu, berarti peyek buatan ibu Lani ini memang perlu dipertimbangkan. Apalagi melihat namanya yang unik Peyek atau Rempeyek Brantak. Pasti Anda dibikin ketagihan dengan kerenyahannya, membuat lidah Anda terasa brantakan (hehehehe! Saking enaknya loh).
Ada lagi minuman istimewa yang ternyata sangat digemari oleh kalangan muda khususnya remaja pelajar SMP dan SMA di wilayah Durenjaya, yakni Bir Jawa. Apakah Bir Jawa bisa jadi minuman favorit remaja di luar Bekasi di kemudian hari. Sedangkan Bir Jawa sendiri adalah minuman khas istana kraton Jogja. Minuman favorit Sultan ini sebenarnya adalah minuman yang diramu dari rempah-rempah khusus yang menghangatkan badan dan terasa manis serta pedas yang cukup nikmat apalagi bila diminum malam dingin. Anda tertarik? Tak usah kuatir walaupun namanya Bir Jawa, tapi minuman ini halal, karena sejatinya ia adalah jamu rempah khas Keraton Jogja.
Tertarik menikmati gudeg dan ayam bakar istimewa ala Warung Makan Enjang Sonten ditambah peyek renyah Jogjanya Rempeyek Brantak atau dengan minuman Bir Jawa dan Teh Poci Gula Batu? Kunjungi saja warungnya di jalan utama Perum Durenjaya, dan reservasi telepon di no. (021) 9565.4868 atau di (021) 9346.1965.
Sidik Rizal
Mendekati pintu keluar, Mbak Retno telepon dan memberitahukan bahwa dia sebentar lagi sampai di Keraton. Kami langsung naik ke mobil, dan mencari tempat makan siang. Kemudian kami diajak ke Restoran Bale Raos. Kabarnya Rumah Makan ini menyediakan makanan khas keraton untuk para sultan dan abdi dalem. Rumah makan ini masih di lingkungan keraton dan bersebelahan dengan Sarinah pusat kerajinan tangan batik. Di Restoran Bale Raos ini, Saya memesan masakan bebek masak jamur, Bebek Suwir-suwir , lalu masakan Paru dan bir jawa. Menyesal juga pesan bir jawa, karena memang non alkohol tapi boleh dikatakan ini bukan bir tapi minuman jamu manis heheheh (Pan aku pengennya minum bir hehehhe). Mungkin disebut bir hanya karena mengeluarkan buih jika di kocok/aduk.
BalasHapusPosting Komentar