BEKASI, bksOL — Menanggapi sepak terjang Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi yang baru saja dilantik beberapa waktu lalu ini, Caleg PPP, nomor 2 untuk DPRD II Kota Bekasi dari dapil III, Kec.Jatiasih dan Bekasi Selatan mengkritisi dengan pedas sebagai perbuatan yang tidak bermoral dari seorang pejabat publik.
Pernyataan Agus Winanto ini terbilang masih sopan jika dibandingkan komentar masyarakat pada umumnya yang jauh lebih pedas, bahwa Nafsiah Mboi adalah Menteri Kesehatan yang cabul dan berfaham liberalisme, dengan mencanangkan pekan kondomisasi kepada kaum generasi muda. Secara tidak langsung dibalik program kampanye penggunaan kondom yang dibagikan gratis ini terselip pesan, "Silakan saja berzina, asal menggunakan kondom, sehingga Anda bisa terbebas oleh bahaya penyakit HIV/AIDS."
Kebijakan Kemenkes RI, Nafsiah Mboi ini sungguh membuat malu dan melukai bangsa Indonesia yang mayoritas mempunyai adat ketimuran serta masih memegang keagungan dari pernikahan yang mensucikan hubungan resmi suami istri sebagai sesuatu yang tidak bisa disamakan dengan hubuungan seksual di luar pernikahan.
Sebagai pejabat tinggi di kementerian kesehatan seharusnya Nafsiah Mboi memperhatikan aspek budaya dan moral ketimuran apalagi, mayoritas bangsa ini adalah umat beragama yang menjunjung tinggi institusi pernikahan. Jika seandainya program sepekan (7 hari) pembagian kondom diberikan secara gratis kepada kaum muda (dalam hal ini remaja usia sekolah dan para mahasiswa serta pekerja muda), seolah Nafsiah mengatakan, "Silakan saja kalian berhubungan seks secara bebas, sepanjang menggunakan kondom, dan kami bagikan secara gratis." Sungguh hal yang sangat menjijikkan dan memalukan harkat martabat bangsa Indonesia yang tidak memberikan ruang kepada kebebasan seksual atau perzinahan.
Menurut Undang-Undang sendiri, papar Agus Winanto, Kemenkes Nafsiah sudah melakukan kesalahan karena telah mengkampanyekan serta memberikan alat kontrasepsi kepada mereka yang belum menikah. Dengan kata lain, sekali lagi, Nafsiah melegalisasikan perzinahan buat kaum muda.
"Dan jika hal ini dikarenakan untuk mengkampanyekan menghindari penyakit serta menghentikan penyebaran penyakit HIV-AIDS, ini berarti suatu proses pembodohan!" tegas Aguswi kepada wartawan di poskonya di bilangan Jatirasa, Jl. Swatantra, Jatiasih.
"Belum terbukti bahwa kondom itu bisa mencegah penularan virus HIV, dikarenakan besarnya ukuran virus penyebab AIDS ini jauh lebih kecil dari pori-pori karet kondom yang beredar di pasaran maupun yang dibagikan gratis kep[ada publik," imbuh lelaki yang sangat membenci menonton film BF ini kepada media online kandidat-kandidat.com.
Menurut Aguswi sendiri, selaku kader partai yang berazaskan syariat agama Islam, tugas kemenkes sejatinya bukanlah bagaimana mengkampanyekan penggunaan kondom kepada publik meskipun dikhususkan kepada pelaku seks beresiko. Karena definisi pelaku seks beresiko ini dalam pemahaman barat, juga termasuk kaum remaja yang pada umumnya di negara barat sana sudah terbiasa dengan perilaku seks bebas.
Tugas Kemenkes RI seharusnya adalah memberikan penyuluhan kesehatan tentang bahayanya perilaku seks bebas di kalangan kaum muda dan para pelaku seks beresiko di tempatnya masing-masing oleh petugas kesehatan dari instansi terkait bekerjasama dengan instansi lainnya yang mengurusi masalah sosial dan hukum agama seperti Kementerian Agama serta Kementerian Sosial. Bukannya melakukan kebijakan sepihak tanpa melibatkan instansi lainnya, hanya demi proyek pembelian kondom dalam skala besar yang bernilai milyaran rupiah, namun sarat dengan pelecehan serta pembodohan masyarakat Indonesia yang masih menjunjung adat ketimuran.
Melihat latar belakang pendidikan Nafsiah Mboi, yang baru saja dilantik oleh SBY untuk menggantikan Menteri Kesehatan sebelumnya Endang Sri Rahayu Sedyaningsih, yang telah meninggal dunia. Nafsiah dilantik SBY pada hari Rabu (13/6/2012) di Istana Negara untuk periode 2012-2014, dengan nama asli Andi Nafsiah Mboi Walinono.
Nafsiah Mboi adalah dokter spesialis anak jebolan sejumlah perguruan tinggi di Amerika dan Eropa. Lahir di Sengkang, Sulsel, 14 Juli 1940. Ia adalah istri dari mantan Gubernur NTT Brigjen Purn Ben Mboi.
Nafsiah mengungkapkan akan kembali mengkampanyekan penggunaan kondom pada kelompok seks berisiko.
"Seluruh jajaran kami siap untuk mengkampanyekan penggunaan kondom pada kelompok seks berisiko,"katanya saat jumpa pers di Gedung Kemenkes, Kamis (14/6/2012) lalu. [*]
Kebijakan Kemenkes RI, Nafsiah Mboi ini sungguh membuat malu dan melukai bangsa Indonesia yang mayoritas mempunyai adat ketimuran serta masih memegang keagungan dari pernikahan yang mensucikan hubungan resmi suami istri sebagai sesuatu yang tidak bisa disamakan dengan hubuungan seksual di luar pernikahan.
Sebagai pejabat tinggi di kementerian kesehatan seharusnya Nafsiah Mboi memperhatikan aspek budaya dan moral ketimuran apalagi, mayoritas bangsa ini adalah umat beragama yang menjunjung tinggi institusi pernikahan. Jika seandainya program sepekan (7 hari) pembagian kondom diberikan secara gratis kepada kaum muda (dalam hal ini remaja usia sekolah dan para mahasiswa serta pekerja muda), seolah Nafsiah mengatakan, "Silakan saja kalian berhubungan seks secara bebas, sepanjang menggunakan kondom, dan kami bagikan secara gratis." Sungguh hal yang sangat menjijikkan dan memalukan harkat martabat bangsa Indonesia yang tidak memberikan ruang kepada kebebasan seksual atau perzinahan.
Menurut Undang-Undang sendiri, papar Agus Winanto, Kemenkes Nafsiah sudah melakukan kesalahan karena telah mengkampanyekan serta memberikan alat kontrasepsi kepada mereka yang belum menikah. Dengan kata lain, sekali lagi, Nafsiah melegalisasikan perzinahan buat kaum muda.
"Dan jika hal ini dikarenakan untuk mengkampanyekan menghindari penyakit serta menghentikan penyebaran penyakit HIV-AIDS, ini berarti suatu proses pembodohan!" tegas Aguswi kepada wartawan di poskonya di bilangan Jatirasa, Jl. Swatantra, Jatiasih.
"Belum terbukti bahwa kondom itu bisa mencegah penularan virus HIV, dikarenakan besarnya ukuran virus penyebab AIDS ini jauh lebih kecil dari pori-pori karet kondom yang beredar di pasaran maupun yang dibagikan gratis kep[ada publik," imbuh lelaki yang sangat membenci menonton film BF ini kepada media online kandidat-kandidat.com.
Menurut Aguswi sendiri, selaku kader partai yang berazaskan syariat agama Islam, tugas kemenkes sejatinya bukanlah bagaimana mengkampanyekan penggunaan kondom kepada publik meskipun dikhususkan kepada pelaku seks beresiko. Karena definisi pelaku seks beresiko ini dalam pemahaman barat, juga termasuk kaum remaja yang pada umumnya di negara barat sana sudah terbiasa dengan perilaku seks bebas.
Tugas Kemenkes RI seharusnya adalah memberikan penyuluhan kesehatan tentang bahayanya perilaku seks bebas di kalangan kaum muda dan para pelaku seks beresiko di tempatnya masing-masing oleh petugas kesehatan dari instansi terkait bekerjasama dengan instansi lainnya yang mengurusi masalah sosial dan hukum agama seperti Kementerian Agama serta Kementerian Sosial. Bukannya melakukan kebijakan sepihak tanpa melibatkan instansi lainnya, hanya demi proyek pembelian kondom dalam skala besar yang bernilai milyaran rupiah, namun sarat dengan pelecehan serta pembodohan masyarakat Indonesia yang masih menjunjung adat ketimuran.
Melihat latar belakang pendidikan Nafsiah Mboi, yang baru saja dilantik oleh SBY untuk menggantikan Menteri Kesehatan sebelumnya Endang Sri Rahayu Sedyaningsih, yang telah meninggal dunia. Nafsiah dilantik SBY pada hari Rabu (13/6/2012) di Istana Negara untuk periode 2012-2014, dengan nama asli Andi Nafsiah Mboi Walinono.
Nafsiah Mboi adalah dokter spesialis anak jebolan sejumlah perguruan tinggi di Amerika dan Eropa. Lahir di Sengkang, Sulsel, 14 Juli 1940. Ia adalah istri dari mantan Gubernur NTT Brigjen Purn Ben Mboi.
Nafsiah mengungkapkan akan kembali mengkampanyekan penggunaan kondom pada kelompok seks berisiko.
"Seluruh jajaran kami siap untuk mengkampanyekan penggunaan kondom pada kelompok seks berisiko,"katanya saat jumpa pers di Gedung Kemenkes, Kamis (14/6/2012) lalu. [*]
Reporter: DikRizal, Editor: LuluAmmantsura
Posting Komentar