iklan banner gratis
iklan banner Cagub Jabar
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Di Bandung Ada Masjid Saifuddaulah, Masjid Transit Terkuno dengan Fasilitas Terkini buat Musafir

Masjid Saifuddaulah Jadi Satu-satunya Tempat Ibadah yang Sediakan Layanan Transit bagi Jemaahnya.

jabar-online.com, Rabu, 4 September 2019, 16:50 WIB, Cipta Permana


Masjid Saifuddaulah di Jalan Stasiun Timur mengarah Jalan Viaduct, Kota Bandung, Rabu (4/9/2019).


BANDUNG, bksOL - Sebuah bangunan bergaya kuno berlantai dua berdiri kokoh di antara jajaran ruko di samping kanan Jalan Stasiun Timur mengarah Jalan Viaduct, Kota Bandung.


Dominasi cat putih yang agak kusam tergambar jelas di bagian luar, seolah menunjukan waktu pendirian bangunan yang sudah lama.


Selain itu, lambaian daun jendela berpola sisir yang tertiup angin di lantai dua bangunan itu pun seolah menyapa dan mengajak siapapun untuk mengetahui isi dari gedung tua bernama Masjid Saifuddaulah tersebut.





Bagi siapapun yang hanya melintas sepintas di kawasan itu, pasti tidak akan mengira bahwa gedung itu merupakan sebuah masjid, sebab tidak terdapatnya kubah maupun yang menjadi penanda dan identitas dari sebuah tempat ibadah bagi umat muslim, kecuali pejalan kaki yang membaca tulisan besar bercat biru secara seksama.




Selain berfungsi layaknya tempat ibadah pada umumnya, Masjid Saifuddaulah tersebut, nyatanya menyimpan cerita menarik di dalamnya, dimana masjid yang memiliki luas bangunan 200 meter persegi dengan luas lahan 400 meter persegi itu juga menyediakan beragam fasilitas bagi para tamu juga perantau dari luar Kota Bandung, yang tiba melalui Stasiun Bandung untuk sekedar transit dan beristirahat melepas peluh, sebelum melanjutkan tujuan perjalanannya di kota berjuluk Parisj van Java.


Menelisik lebih jauh kedalam, suhu yang hangat terasa menerpa kulit seolah menuntun siapapun untuk mengenal lebih dekat dari masjid tersebut.


Masjid Saifuddaulah di Jalan Stasiun Timur mengarah Jalan Viaduct, Kota Bandung, dimana jamaah musafir dapatkan pelayanan premium dari DKM dengan keramahan marbot yang luar biasa.


Hamparan sajadah hijau yang lembut yang berada di lantai dua, menggoda jemaah untuk lebih berlama-lama menikmati suasana di ruang masjid, bahkan tampak salah seorang jamaah yang tertidur pulas usai menunaikan solatnya.


Salah seorang pengurus DKM Masjid Saifuddaulah, Zaky Roby Cahyadi mengatakan, selain memiliki ruang yang diperuntukan untuk solat, masjid itu pun memiliki beberapa layanan fasilitas lainnya, seperti kamar istirahat, dapur, kamar mandi, hingga listrik dan air yang dikelola oleh Corps Mubaligh Bandung (CMB) dan dapat dimanfaatkan secara bebas dan gratis oleh siapapun. Terlebih masjid ini terbuka lebar selama 24 jam setiap harinya.




Bahkan, setiap hari Jumat usai gelaran solat Jumat, masjid ini menawarkan kegiatan botram atau makan bersama kepada para jamaah dan siapapun yang hadir di masjid tersebut.


"Setiap hari Jumat alhamdulillah masjid ini selalu penuh menampung jamaah, bahkan banyak jamaah yang terpaksa menggelar sajadahnya hingga diatas trotoar jalan karena keterbatasan tempat. Seusai Jumatan, tradisi disini adalah botram bagi jamaah dan siapapun yang datang ke tempat ini, makanan dan minuman yang disajikan pun kami masak langsung di dapur masjid," ujarnya saat ditemui di lokasi Masjid Saifuddaulah, Jalan Stasiun Timur Nomor 20, Kota Bandung, Rabu (4/9/2019).




Zaky menjelaskan, sebelum berfungsi sebagai masjid, bangunan Masjid Saifuddaulah yang merupakan wakaf dari seseorang, sempat di pergunakan sebagai koperasi pertanian milik dinas pemerintah, kemudian berganti menjadi Polsek Sumur Bandung di lantai satu dan Sekretariat dari organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dan Pelajar Islam Indonesia (PII) yang bergabung menjadi CMB di lantai dua. Sempat mengalami gejolak perebutan kepemilikan di tahun 2016, akhirnya bangunan tersebut dibeli secara utuh dan menjadi masjid hingga saat ini.




"Karena kami ingin menjadikan esensi masjid itu merupakan tempat yang dapat memberikan manfaat dan keberkahan bagi siapapun, maka kami membuat konsep masjid transit, apalagi kami berdiri dekat dekat pintu keluar Stasiun Bandung. Saat ini kami memang hanya memiliki satu kamar transit bagi ikhwan (laki-laki) dan satu kamar untuk akhwat (perempuan)," ucapnya.


Namun seiring berjalannya proses perluasan bangunan yang sedang berlangsung saat ini yang diperuntukan bagi kamar transit lainnya, lanjut Zaky, kedepan akan memiliki 30 kamar berkonsep kamar kapsul, dengan pembagian 15 kamar ikhwan dan 15 kamar akhwat yang tidak komersialisasikan kepada siapapun termasuk batas waktu.





Disinggung terkait sumber dana operasional masjid, untuk berbagai fasilitas yang diberikan selama ini, khususnya dalam kegiatan botram setiap Jumat, menurutnya, dana tersebut bersumber dari Allah melalui saluran tangan-tangan para dermawan yang turut membantu mensedekahkan makanan dan minuman, termasuk bantuan terhadap proses pembanguan perluasan masjid dan kamar transit.


"Kalau ditanya dari mana sumbernya, saya hanya bisa jawab engga tahu, dan menjadi rahasia Allah saja. Tapi yang jelas ada saja pihak-pihak yang enggan disebutkan namanya mengulurkan bantuan bagi para jamaah selama ini. Kami hanya berkeyakinan bahwa sedekah bisa dilakukan oleh siapapun, sebab bukan hanya orang mampu saja yang memberikan bantuan, tapi juga tidak sedikit warga yang secara ekonomi kurang tapi juga ikut bersedekah di masjid ini," ujar Zaky.


Ia pun berharap, hadirnya masjid ini, menjadi bangunan yang dapat dirahmati Allah karena mampu memberikan kebermanfaatan dan solusi dari permasalahan sosial di lingkungan masyarakat sekitarnya.


Dalam kesempatan yang sama, salah seorang jamaah transit, Evi Oktarina (36) asal Palembang yang datang ke Kota Bandung untuk melamar pekerjaan mengaku, selama seminggu sudah dirinya memutuskan transit dan menginap di Masjid Saifuddaulah. Ia memutuskan transit di lokasi itu, selain karena adanya fasilitas yang tersedia tersebut, tetapi juga merupaka lokasi paling strategis dari pintu Stasiun Bandung.


"Jadi saya waktu itu datang dan turun di Stasiun Bandung untuk mencari pekerjaan, awalnya hanya ikut solat, tapi saya melihat ada tulisan diperbolehkan untuk transit bagi akhwat dan ikhwan yang sedang safar, maka saya putuskan sementara tinggal di sini sampai mendapatkan pekerjaan di Bandung, apalagi suasananya cukup nyaman," ujarnya di lokasi yang sama.


Evi menuturkan selama ini, Masjid Saifuddaulah menjadi satu-satunya masjid yang ia temui selama ini yang menyediakan layanan transit bagi jamaahnya yang dalam perjalanan, dan memberika layanan makan dan minum secara bebas bagi jamaah lainnya. Sehingga dirinya pun menilai konsep ini menjadi terobosan menarik yang ditawarkan dari fungsi tempat ibadah.


"Keunikan lainnya yang diberikan dari masjid ini adanya aktivitas botram setiap Jumat, dan juga kalau masjid lain ada yang tidur atau anak-anak yang bermain saat waktu solat pasti ditegur, kalau di sini engga, justru dipersilakan, inilah yang menjadi pembeda dari masjid-masjid lainnya," katanya.


Dari penulisan di atas bksOL menjawab pertanyaan, Apakah ada kaitannya antara Masjid Saifuddaulah dengan tokoh PKS di Kota Bekasi, H.M. Saifuddaulah? Jawabannya tidak ada!


Seperti yang ada dalam sejarah tarikh Islam, Saifuddaulah, seorang penguasa dinasti Hamdan di Halab (daerah Aleppo). Ia menetap di kota Damaskus hingga wafatnya pada tahun 337 H / 950 M pada usia 80 tahun.[*]

Reportase: Cipta Pernana (Tribun Jabar), Editor: DikRizal

Paslon Walikota Nomor Urut 2, BUMN

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
banner