Tahukah Anda, selama lebih dari 10 tahun, kawasan aliran sungai, kali dan drainase di kelurahan Kayuringin Jaya tak pernah dibersihkan?
Program pemerintah daerah Kota Bekasi berupa himbauan kerja bhakti di setiap RT dan RW yang ada di lingkungan kelurahan Kayuringin Jaya sepertinya tidak berjalan sebagaimana mestinya, entah mengapa tapi inilah yang menyebabkan menjadi alasan utama mengapa kawasan ini sering terjadi banjir yang cukup dalam setiap lima tahunnya. Hal yang menyedihkan, apalagi kelurahan Kayuringin Jaya termasuk kelurahan yang menjadi sentra penilaian program penghargaan Adhipura.
Lokasi kelurahan Kayuringin Jaya yang dekat dengan urat nadi Kota Bekasi, dan tepat di belakang terminal Kayuringin Jaya yang mempunyai jalur trayek ke Bandara Soekarno Hatta, juga dekat dengan jalan provinsi kelas 1 serta mempunyai Gedung Olah Raga Kota Bekasi, dan tak kalah ramainya beberapa adanya Mall juga ruko-ruko sentra niaga, sungguh warga setempat khususnya Kelurahan Kayuringin Jaya tidak mendapatkan banyak keuntungan dari pesatnya pembangunan yang ada tersebut pada demikian pula warga Bekasi Selatan.
Ketimpangan layanan publik ini antara fasilitas yang diberikan pemerintah daerah kota (pemdakot) kepada para pengusaha dan orang kaya tidak sebanding besarnya layanan publik kepada warga sekitar apalagi kepada warga miskin di kecamatan Bekasi Selatan.
Kita lihat saja pelayanan kebutuhan masyarakat akan lingkungan yang bersih dan sehat di wilayah ini. Pemdakot Bekasi sepertinya telah melakukan kesalahan fatal dengan gencarnya pembangunan mall dan komplek perkantoran dan ruko serta apartemen yang tidak mengindahkan area resapan air. Atau setidaknya pemdakot harus bisa menggantikan penggunakan areal resapan air untuk pembangunan gedung bertingkat seperti yang dimaksud dengan pembuatan biopori ataupun drainase yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan agar tidak terjadi banjir dan bencana lingkungan lainnya karena kelalaian pemdakot maupun pihak swasta menggalakkan pembangunan dengan konsep "kejar setoran".
Di tengah kekacauan kinerja pemdakot Bekasi yang sejatinya adalah hasil dari ambisi mengejar penghargaan Adhipura ini, warga Kota Bekasi bersyukur mendapatkan tidak sedikit tokoh publik yang peduli pada kebersihan dan kesehatan lingkungan. Salah satunya adalah Agus Winanto, seorang pengusaha yang juga kini menjadi caleg PPP nomor urut 2 untuk DPRD Kota Bekasi wilayah dapil III (Bekasi Selatan dan Jatiasih) ini bisa dijadikan contoh, betapa seorang calon wakil rakyat seharusnya berbuat. Bukan sekadar umbar janji dan pasang alat peraga kampanye memperkenalkan diri, namun tidak ada satupun tindakan yang membantu kepentingan publik.
Bagi Agus Winanto, berkampanye itu bukan sekadar memperkenalkan diri dengan segala macam atribut kampanye dan bantuan iklan di banyak media. "Warga lebih suka dengan tindakan nyata yang bisa langsung dirasakan mereka, daripada sekadar jargon dan janji-janji," ungkap lelaki yang kini membuka posko Agus Winanto PPP Bangkit di kawasan Jatirasa-Jatiasih ini.
Apa yang dilakukan oleh lelaki caleg berdarah Jawa Timur ini sangat diterima warga sekitar Kayuringin Jaya, yang memang berharap mereka para calon wakil anggota dewan tidak hanya bisa bersosialisasi dengan pertemuan-pertemuan yang hanya dari satu arah, dimana caleg bicara, warga mendengarkan. Ini satu bentuk feodalisme kampanye, ujar seorang warga Kayuringin Jaya yang bekerja di kawasan industri Cikarang.
Sekarang apakah masih ada caleg di wilayah Bekasi Selatan yang berbuat hal yang serupa seperti Agus Winanto, demi kepentingan warga sekitar akan kebersihan dan kesehatan lingkungan? Kita lihat dan cari tahu saja, siapa sajakah caleg dari wilayah kecamatan Bekasi Selatan yang telah berbuat buat lingkungan tempat tinggalnya.
Sidik Rizal - Pemerhati Lingkungan Kota Bekasi
Program pemerintah daerah Kota Bekasi berupa himbauan kerja bhakti di setiap RT dan RW yang ada di lingkungan kelurahan Kayuringin Jaya sepertinya tidak berjalan sebagaimana mestinya, entah mengapa tapi inilah yang menyebabkan menjadi alasan utama mengapa kawasan ini sering terjadi banjir yang cukup dalam setiap lima tahunnya. Hal yang menyedihkan, apalagi kelurahan Kayuringin Jaya termasuk kelurahan yang menjadi sentra penilaian program penghargaan Adhipura.
Lokasi kelurahan Kayuringin Jaya yang dekat dengan urat nadi Kota Bekasi, dan tepat di belakang terminal Kayuringin Jaya yang mempunyai jalur trayek ke Bandara Soekarno Hatta, juga dekat dengan jalan provinsi kelas 1 serta mempunyai Gedung Olah Raga Kota Bekasi, dan tak kalah ramainya beberapa adanya Mall juga ruko-ruko sentra niaga, sungguh warga setempat khususnya Kelurahan Kayuringin Jaya tidak mendapatkan banyak keuntungan dari pesatnya pembangunan yang ada tersebut pada demikian pula warga Bekasi Selatan.
Ketimpangan layanan publik ini antara fasilitas yang diberikan pemerintah daerah kota (pemdakot) kepada para pengusaha dan orang kaya tidak sebanding besarnya layanan publik kepada warga sekitar apalagi kepada warga miskin di kecamatan Bekasi Selatan.
Kita lihat saja pelayanan kebutuhan masyarakat akan lingkungan yang bersih dan sehat di wilayah ini. Pemdakot Bekasi sepertinya telah melakukan kesalahan fatal dengan gencarnya pembangunan mall dan komplek perkantoran dan ruko serta apartemen yang tidak mengindahkan area resapan air. Atau setidaknya pemdakot harus bisa menggantikan penggunakan areal resapan air untuk pembangunan gedung bertingkat seperti yang dimaksud dengan pembuatan biopori ataupun drainase yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan agar tidak terjadi banjir dan bencana lingkungan lainnya karena kelalaian pemdakot maupun pihak swasta menggalakkan pembangunan dengan konsep "kejar setoran".
Di tengah kekacauan kinerja pemdakot Bekasi yang sejatinya adalah hasil dari ambisi mengejar penghargaan Adhipura ini, warga Kota Bekasi bersyukur mendapatkan tidak sedikit tokoh publik yang peduli pada kebersihan dan kesehatan lingkungan. Salah satunya adalah Agus Winanto, seorang pengusaha yang juga kini menjadi caleg PPP nomor urut 2 untuk DPRD Kota Bekasi wilayah dapil III (Bekasi Selatan dan Jatiasih) ini bisa dijadikan contoh, betapa seorang calon wakil rakyat seharusnya berbuat. Bukan sekadar umbar janji dan pasang alat peraga kampanye memperkenalkan diri, namun tidak ada satupun tindakan yang membantu kepentingan publik.
Bagi Agus Winanto, berkampanye itu bukan sekadar memperkenalkan diri dengan segala macam atribut kampanye dan bantuan iklan di banyak media. "Warga lebih suka dengan tindakan nyata yang bisa langsung dirasakan mereka, daripada sekadar jargon dan janji-janji," ungkap lelaki yang kini membuka posko Agus Winanto PPP Bangkit di kawasan Jatirasa-Jatiasih ini.
Apa yang dilakukan oleh lelaki caleg berdarah Jawa Timur ini sangat diterima warga sekitar Kayuringin Jaya, yang memang berharap mereka para calon wakil anggota dewan tidak hanya bisa bersosialisasi dengan pertemuan-pertemuan yang hanya dari satu arah, dimana caleg bicara, warga mendengarkan. Ini satu bentuk feodalisme kampanye, ujar seorang warga Kayuringin Jaya yang bekerja di kawasan industri Cikarang.
Sekarang apakah masih ada caleg di wilayah Bekasi Selatan yang berbuat hal yang serupa seperti Agus Winanto, demi kepentingan warga sekitar akan kebersihan dan kesehatan lingkungan? Kita lihat dan cari tahu saja, siapa sajakah caleg dari wilayah kecamatan Bekasi Selatan yang telah berbuat buat lingkungan tempat tinggalnya.
Sidik Rizal - Pemerhati Lingkungan Kota Bekasi
إرسال تعليق