iklan banner gratis
iklan banner Cagub Jabar
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Menelusuri Manisnya Jejak Bisnis Menulis Buku Dosen Pakuan Bogor

Harbuknas Sebagai Momentum Mencintai Buku sebagsi Jendela Ilmu Yang Bisa Memperluas Wawasan Pengetahuan Siapapun Yang Membacanya Tanpa Batas

bekasi-online.com, Selasa, 19 Mei 2020, 11:59 WIB, by DR

Habib Bahar bin Smith dengan bukunya, dan Wildan Mubarok

BOGOR, jabarOL – Hari Buku Nasional (Harbuknas) diperingati setiap tanggal 17 Mei. Dengan harapan melalui memperingati hari buku ini akan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya membaca, meningkatkan minat dan daya bacanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.


Baca juga: Yuk ikutan Polling ke-2 Mengetahui Siapa Calon Walikota Bekasi 2024?

  Langsung klik link foto berikut:  
Tentukan Walikota pilihan yang Anda kenal untuk kebaikan Kota Bekasi


Baca juga: Masa Jabatan Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto Akan Berakhir 20 Sep 2023 Besok Bareng 15 Kepala Daerah Lainnya

Pada sisi lain budaya baca yang berbuah karya tulis menjadi pendapatan bagi para penulisnya. Mari kita simak interaktif bersama penulis buku, pengelola media online dan dosen di fakultas universitas Pakuan Bogor, Wildan Mubarok M.Pd.

Untuk mengawali menjadi seorang penulis prosesnya seperti apa, Bang Wildan?

Saya sebetulnya hanya menerapkan 5 W dan 1 H dalam setiap karya tulis. Mereka penulis buku fiksi, novelis, dan penulis biografi hingga jurnalis sudah terlatih dengan kebiasan itu.

Lalu untuk prosesnya sampai ke penerbit seperti apa?

Ada dua proses untuk masuk percetakan. Melalui penerbit mayor atau penerbit besar. Dan penerbit indie, penerbitan dengan jumlah buku yang dicetak sesuai dengan pesanan penulis sendiri dan tentu hanya dalam jumlah kecil sebab buku hanya akan dijual secara online.

Modalnya untuk cetak buku bagaimana?

Pengalaman saya waktu menerbitkan buku jalur indie, namun kurang modalnya. Solusinya ya…nyari investor untuk mencetaknya, dulu sempat terhitung harus ada modal Rp.30 juta untuk cetak 2000 buku.

Caranya buku yang sudah jadi dami (dummy) menjadi modal presentasi bisnis mulai dari target penjualan dan keuntungan dari buku. Dan akhirnya ketemu juga investornya.

Saat buku terbit kita dibantu toko buku yang terjalin kerjasama dengan penerbitan Indie. Jadi promosinya lebih luas. Dan untungnya lebih besar jalur penerbitan indie dari pada mayor, kalau dihitung-hitung.

Dari keuntungan penerbitan indie bisa sampai 50:50%, kalau mayor hanya 15%, kadang ada potongan pajak buku. Cuma kalau buku kita diterbitkan di penerbit mayor, penulis itu naik kelas dan honor jadi narasumbernya lebih besar. Buku saya ada yang sampai ke cetakan 8, lumayan lah penghasilan tambahan.

Saran Anda untuk para penulis pemula?

Pembeli buku itu kadang melihat judulnya yang unik. Jadi penulis harus menghadirkan dan menggoda calon pembaca/pembeli dengan judul yang uniknya diawal.

Seperti buku saya judulnya bikin penasaran Sarjana Di Tepian Baskom dan Sang Pembelajar.

Yang terahir pandangan Anda sebagai dosen dan penulis aktif tentang buku?

Membaca adalah metode pembelajaran klasik yang diwariskan para nabi dalam memahami kitab-kitabnya. Metode ceramah diantara cabang dalam pendidikan untuk umat memahami kitabnya.

“Kalaupun sekarang ada pembelajaran online dan jarak jauh, itu hanya jadi tambahan pembelajaran bukan harus jadi prioritas. Ada hal menarik dari buku dan membaca. Melalui keduanya alat indra penciuman terangsang oleh aroma buku dan kefokusan panca indera hingga penguatan kinestetik tumbuh saat membuka halaman demi halaman lembaran buku  yang kita baca,” pungkas Wildan. [*]

Editor: DikRizal


Paslon Walikota Nomor Urut 2, BUMN

Post a Comment

أحدث أقدم
banner