jabar-online.com, Senin 16 Oktober 2023, 14:44 WIB, KurniawanF
JAKARTA, jabarOL - Seperti yang dilansir detik.com, Massa aksi yang menamakan diri sebagai Aliansi Masyarakat Jakarta Timur kembali menggelar demonstrasi di area Patung Kuda, Jakarta Pusat. Massa melakukan sujud syukur setelah mendengar salah satu putusan yang dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) soal gugatan batas minimal capres-cawapres.
Sekelompok massa kembali ke Patung Kuda untuk melakukan sujud syukur setelah mendengar MK mengabulkan soal gugatan batas minimal capres-cawapres. (Kurniawan F/detikcom)
JAKARTA, jabarOL - Seperti yang dilansir detik.com, Massa aksi yang menamakan diri sebagai Aliansi Masyarakat Jakarta Timur kembali menggelar demonstrasi di area Patung Kuda, Jakarta Pusat. Massa melakukan sujud syukur setelah mendengar salah satu putusan yang dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) soal gugatan batas minimal capres-cawapres.
Massa aksi ini sempat ikut membubarkan diri pasca MK memutuskan menolak tiga gugatan batas minimal usia capres-cawapres dari PSI, Partai Garuda, serta 5 kepala daerah. Namun, mereka kembali ke area Patung Kuda setelah mengetahui kabar bahwa ada satu gugatan dari mahasiswa UNS bernama Almas Tsaqibbirru ReA.
Aksi dari Aliansi Masyarakat Jakarta Timur ini berlangsung tidak lama. Pantauan detikcom di lokasi, Senin (16/10/2023) massa hanya bertahan dari pukul 15.00 WIB hingga 15.30 WIB. Aksi ini terlihat dipimpin Ketua DPC Partai Gerindra Jakarta Timur (Jaktim) Ali Lubis.
Seperti diketahui, MK mengabulkan uji materi terhadap UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terkait batas usia capres-cawapres yang diajukan mahasiswa UNS bernama Almas Tsaqibbirru Re A. MK menyatakan batas usia capres-cawapres tetap 40 tahun kecuali sudah berpengalaman sebagai kepala daerah.
"Mengabulkan permohonan pemohon untuk sebagian," kata Ketua MK Anwar Usman dalam sidang di gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (16/10).
Sebelumnya, massa dari dua kelompok yang demonstrasi di area Patung Kuda, Jakpus telah membubarkan diri. Mereka bubar setelah mendapat kabar MK menolak gugatan uji materi terhadap UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu terkait batas minimal usia capres-cawapres.
Mulanya, massa aksi yang lebih dulu membubarkan diri ialah yang mendesak MK untuk menolak gugatan batas usia capres-cawapres. Mereka mulai membubarkan diri pukul 12.36 WIB.
Sementara, massa aksi yang mendukung MK mengabulkan gugatan batas usia minimal capres-cawapres mulai membubarkan diri pukul 13.00 WIB.
Menanggapi hal tersebut, JangWeiJan memberi komentar melalui telepon selularnya dan memberikan komentar sebagai berikut.
LIAT GIBRAN LIAT JOKOWI
by Zeng Wei Jian
Dari Sukarno ke Ibu Megawati lalu turun ke Mba Puan. Anaknya Surya Paloh pun berpolitik. Sabam ke Maruarar Sirait. Ada Panda Nababan ke Putra Nababan. Di luar negeri pun begitu. Buah jatuh di dekat pohonnya. Kecuali dibawa lari bajink.
Kesamaan Jokowi, Gibran, dan Bobi; diusung partai yang sama. Kaesang dilantik Ketua Umum PSI karena Akses Informasi & Networking Presiden. Lewat mekanisme internal partai. Ga ada paksaan. Nyerang mereka mempraktekan Dinasti Politik sama aja serang partai-partai pengusung.
Gibran, Bobi, dan Kaesang dipilih rakyat. Bukan ditunjuk Presiden Jokowi. Ga ada intimidasi. Solo jadi Kota Toleransi nomor 6 di tangan Gibran. Sebelumnya ngga masuk. Ada figur garis kras seperti Abu Bakar Baasir.
Semua demi Visi Indonesia Emas 2045. Masa aktif politik Jokowi sampe 2035. Infrastruktur, hilirisasi, revolusi digital, Pemerataan Zona Timur, deradikalisasi, Jokowinomics, Pertahanan, dan lain-lain harus dilanjutkan.
Deni Siregar cs ingin rusak nama baik Presiden Jokowi. Dengan minta Presiden cawe-cawe di keputusan yudikatif. Di bawah ancaman demonstrasi besar "Kami Muak". Ganjaris satu kubu dengan Kelompok Seniman Socialis Kanan benalu macam Gunawan Muhamad & Butet Kertarajasa. Kepentingan perut memenangkan pilpres bikin mereka serupa & sebangun dengan Kubu Radikal Sayap Kanan Anti Jokowi.
Deni Siregar cs ngerasa paling tau penerus estafet pembangunan Visi Indonesia Emas 2045. Lebi paham dari President Jokowi. Mereka jadi mirip penghianat ikat kepala hitam. Rambo Melayu. Merasa gagah tapi lucu. Ada sadis-sadisnya seperti Badut John Wayne Gacy.
Mendelegitimasi Gibran sebagai "Anak Bau Kencur" dan "Dinasti Politik" adalah usaha mengikis persepsi public; Liat Gibran Liat Jokowi.
THE END. [■]
Reporter: KurniawanF/TimRedaksi, Redaktur: DikRizal
إرسال تعليق