Jakarta – Lembaga riset eCommerce dari Jerman, ECDB, memproyeksikan pertumbuhan eCommerce di Indonesia mencapai 30,5% pada 2024, hampir tiga kali lipat dibandingkan rata-rata pertumbuhan global. (25/10/2024)
Angka ini juga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan eCommerce di dunia, melampaui negara Asia Tenggara lain, seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina.
Temuan ini juga menggambarkan aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia yang tinggi, serta menciptakan peluang bagi pelaku bisnis untuk bertumbuh di ekosistem digital.
Akan tetapi, di samping potensi ekonomi yang besar, pertumbuhan ini juga menghadirkan tantangan baru bagi pelaku bisnis, khususnya UMKM.
Kementerian Koperasi dan UKM pada 2023 menargetkan 30 juta UMKM di Indonesia untuk bergabung dalam ekosistem digital pada tahun 2024.
Hal ini berarti pelaku UMKM akan menghadapi lebih banyak pesaing dalam aktivitas bisnis online-nya.
Untuk dapat bersaing, dibutuhkan strategi cermat agar bisnis dapat bertahan dan berkembang.
Ika Puspa Sari, salah satu penjual sukses di Lazada Indonesia (Lazada), juga turut merasakan perkembangan ekosistem bisnis digital yang kian dinamis. Ika dan Supriyadi, suaminya, mendirikan toko offline dan online yang dinamakan “Al-Mubarokah Herbal” pada 2018 yang menjual madu, kurma, dan beragam produk herbal.
Hingga saat ini, Al-Mubarokah Herbal menangani ribuan pesanan setiap harinya dan terus mencatatkan pertumbuhan pembelian positif.
Berkaca pada keberhasilan Al-Mubarokah Herbal, Ika membagikan strategi dalam membangun bisnis online di tengah persaingan yang semakin ketat.
Fokus cari jeneng bukan jenang
“Cari jeneng, jangan cari jenang” atau “cari nama, jangan cari materi” adalah mantra yang selalu dipegang Ika dalam menjalankan bisnis online-nya.
Bagi Ika, membangun brand yang kuat adalah prioritas utama dibandingkan mengejar keuntungan semata.
Brand yang telah dikenal dan dipercaya konsumen akan dengan sendirinya mendatangkan keuntungan material.
Sebaliknya, brand yang hanya berfokus pada angka atau nilai material cenderung akan meredup dan kehilangan daya tariknya dalam jangka panjang.
“Branding adalah pintu pembuka untuk pertumbuhan bisnis. Saya ingin konsumen mengasosiasikan madu dengan Al-Mubarokah,” tutur Ika, mengungkapkan mimpinya mengikuti jejak brand-brand besar yang kini berhasil menjadi top-of-mind konsumen.
Bangun mental
Banting setir dari pekerjaannya sebagai dosen dan bidan, Ika mengaku banyak orang yang menyayangkan pilihannya untuk menjadi pebisnis online.
“Saya sering ditanya, ‘memang yakin bisa mencukupi kebutuhan keluarga hanya dari jualan online?’. Padahal omset saya sehari mungkin bisa lebih dari gaji sebulan,” ungkap Ika.
Bagi Ika, modal terbesar memiliki brand bukan modal materi, tetapi modal kesiapan mental dan hati. Meski memulai bisnis hanya dengan modal sebesar Rp500.000, mental seorang pebisnis harus lebih dari itu.
“Mengubah persepsi diri kita itu yang paling penting dan paling mahal. Modal rupiah itu kecil dan bisa dicari, tapi mentalitas itu tak bisa dibayar," tutur Ika.
Bingung cari peluang bisnis? Mulai lihat peluang di sekitarmu
Berawal dari ajakan sang suami, Ika memulai bisnis online dengan menjadi reseller.
Akan tetapi, kesulitan mendapatkan stok membuatnya dan suami memutuskan untuk memulai bisnis mereka sendiri.
Bisnis yang mereka pilih adalah bisnis madu. Pemilihan bisnisnya tak hanya didasari oleh latar belakangnya di dunia kesehatan, namun juga diambil karena melihat peluang pasar yang menjanjikan.
Keselarasan antara latar belakang atau keahliannya dengan peluang yang terbuka lebar, akhirnya memantapkan Ika untuk terjun ke bisnis online bersama suaminya.
“Orang sakit tidak selalu langsung ke dokter. Umumnya, mereka terlebih dahulu mencari penanganan lain yang dirasa aman yang umumnya bersifat non-medis, contohnya madu,” jelas Ika.
Jangan terburu-buru, cek pasar dulu!
Kekhawatiran utama pemula saat akan memulai bisnisnya adalah tingkat keberhasilan produknya di pasar.
Sebagai pemain bisnis online berpengalaman, Ika membagikan strateginya di awal pendirian Al-Mubarokah Herbal, yaitu tes pasar.
Ika menyoroti pentingnya tes pasar dalam memahami kebutuhan konsumen, yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan produk di pasar.
Salah satu produk Al-Mubarokah Herbal, madu yang diperuntukkan untuk anak dengan speech delay (keterlambatan bicara), awalnya dijual ke pasar sebanyak 20 botol yang langsung ludes di pasar, menunjukkan tingginya minat konsumen dan peluang pasar bagi produk ini.
Dengan tes pasar, penjual mampu mendapatkan gambaran tentang performa produk yang akan dijual di pasaran, sehingga memperkecil risiko gagal.
Identifikasi unique selling point untuk tarik konsumen
Persaingan pasar yang kian sengit sering kali membuat penjual kesulitan untuk menarik perhatian konsumen.
Karenanya, penting untuk mengidentifikasi keunikan atau unique selling point (USP) dari produk yang dijual.
Al-Mubarokah Herbal, misalnya, tetap mampu mempertahankan posisinya di mata konsumen di tengah maraknya penjual madu di marketplace.
Hal ini, ungkap Ika, tak terlepas dari beberapa USP yang ditawarkan produk-produknya, antara lain: harga kompetitif yang mengakomodasi berbagai kalangan, sertifikasi yang lengkap, hingga produksi mandiri dengan quality control ketat.
Selain itu, layanan pelanggan yang unggul juga turut memberi nilai plus dari sisi pengalaman pelanggan.
Ilmu kesehatan yang ia kuasai membantunya memahami dan menyediakan produk yang menjawab kebutuhan pelanggan dengan lebih tepat dan terpercaya.
Optimalkan fitur dan layanan eCommerce
Platform eCommerce seperti Lazada Indonesia (Lazada) menyediakan beragam fitur untuk membantu penjual meningkatkan kinerja toko.
Penting bagi penjual untuk mempelajari dan memanfaatkan fitur-fitur tersebut demi meningkatkan penjualan.
Namun, karena karakteristik toko yang berbeda-beda, Ika menekankan bahwa penting bagi penjual untuk mencoba berbagai fitur dan melihat mana yang paling efektif untuk toko masing-masing.
Al-Mubarokah Herbal, misalnya, sering menggunakan fitur voucher, iklan, serta Flexi Combo yang ditawarkan Lazada untuk mendongkrak penjualan.
Selain itu, Ika, yang juga sering menjadi mentor untuk banyak penjual baru di Lazada, menyoroti beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan penjual pemula, seperti terlalu banyak menggunakan uang tanpa perhitungan matang, mengikuti tren produk yang tidak sesuai keahlian dan peluang pasar, serta terlalu terpengaruh orang lain.
Ika menyarankan penjual, khususnya pemula, untuk fokus pada bisnis yang sesuai dengan keahlian dan peluang pasar, membangun usaha secara bertahap, serta mau melewati tahap trial and error dalam membangun bisnisnya.
Bergabung dengan platform eCommerce seperti Lazada, bisa menjadi salah satu cara mudah untuk mendapatkan pasar.
Head of Operations Lazada Indonesia, Amelia Tediarjo, menegaskan komitmen Lazada dalam mendukung penjual di era digital, “Kesuksesan Al-Mubarokah Herbal di Lazada Indonesia adalah kesuksesan yang ingin kami ciptakan bagi jutaan penjual lainnya di platform kami. Karenanya, Lazada berkomitmen untuk terus mendukung dan memberdayakan UMKM agar dapat bersaing di era digital melalui berbagai program dan fitur yang ada di Lazada, termasuk program pembelajaran dan pelatihan di Lazada University.”
"Lazada juga akan menggelar Lazada Seller Conference di Jakarta pada 26 Oktober dan di Surabaya pada 30 Oktober. Acara ini bertujuan untuk membekali penjual ataupun calon penjual online untuk dapat berkembang dan membangun bisnis online-nya di tengah kompetisi pasar yang semakin ketat," kata Amelia.
Kesuksesan yang diraih Ika melalui Al-Mubarokah herbal membuktikan bahwa kesuksesan di era digital yang kompetitif bukan hal yang mustahil bagi UMKM. Dengan memahami peluang, fokus pada branding, serta memanfaatkan platform digital secara optimal, siapa pun dapat mengikut jejak Ika dan penjual online sukses lainnya. [■]
Reporter : M. Rizky Akbar
إرسال تعليق